Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Kehidupan Tentang Orang Yang Menyepelekan Hutang

"Di.., pinjem duit 400 ribu ada gak? Nanti sore langsung aku ganti deh uangnya " Ari yang yang berprofesi sebagai kabag pagi-pagi hari datang kerumah Ardi untuk berhutang.
"Bentar ya ri, aku tanyakan ke istriku dulu, soalnya uang dia yang pegang." Kemudian Ardi pergi ke dapur dan menemui istrinya yang sedang lagi memasakkan sarapan untuk suami dan anaknya.
"Mah, Ari pinjem uang 400 ribu ada gak?"
"Ada yah, tapi jika dipinjemkan 400 ribu sisa uang kita hanya 100, aku hanya pegang uang 500 ribu soalnya yah"
"Kata Ari nanti sore juga udah dibalikin kok mah"
"Ya udah kalo gitu yah ambil aja di dompetku, mungkin Ari emang sedang butuh banget sampai pinjem uang pagi-pagi hari begini."

Lalu Ardi memberikan uangnya sebesar 400 ribu rupiah kepada Ari.
Akan tetapi, janji Ari yang mengembalikan uang tersebut pada sore hari ternyata tidak ditepatinya. Hingga menjelang petang, Ari tak menampakkan dirinya. Ari dan Ardi sudah berteman sejak SD. Ari orang kaya sedangkan Ardi hanya supir bajai itupun hanya hanya ikut orang.
"Yah, uang yang 100 ribu tadi mamah belanjakan untuk susu dedek, sama beli gas, dan tinggal 30 ribu yah" istri Ardi bercerita pada suaminya.
"Iya mah, semoga besok dibayar Ari ya, mungkin dia belum sempat untuk kesini" Ardi mencoba menenangkan istrinya.

Sampai keesokan harinya tetap tidak ada tanda-tanda Ari untuk datang ke rumah Ardi. Hal ini membuat istri Ardi harus berbelanja hanya beras dan tahu saja.
"Sarapannya hanya pake tahu yah" istri Ardi menyodorkan tahu goreng hangat dan nasi.
"Iya mah, gak apa-apa, tahu juga enak"
"Bayaran gaji ayah kan masih seminggu hari lagi, kalo Ari belum bayar hutangnya sekarang besok kita makan apa yah?"
"iya mah, nanti ayah saat berangkat kerja mampir dulu ke rumah Ari, semoga dia udah bisa bayar."
Ardi mengeluarkan sepeda motornya ke halaman depan. Dia coba menyalakan mesinnya tapi macet. Ternyata bensin kering.
"Kenapa yah? Rewel motornya?"
"Bensin abis mah!"
Istri Ardi mengeluarkan uang dari saku bajunya. Hanya ada dua lembar uang. Sepuluh dan lima ribuan.
"Yah, ini buat beli bensin." Sang istri menyodorkan uang sepuluh ribu untuk Ardi.
"Nanti kalo dedek minta jajan gimana?"
"Masih ada lima ribu kok"

Ardi menjalankan motornya menuju tempat kerja. Tak lupa ia mampir ke rumah Ari. Ketika Ardi sampai, Ari sedang duduk santai minum teh dengan camilan pisang goreng dan beberapa kue kering.
"Ri, udah ada belum uangnya, istriku benar-benar udah gak pegang uang nih"
"Sabar!!! Kalo ada udah aku bayar! Nanti siang aku bayar!" Ari membentak Ardi dan meninggalkannya di teras. Ardi sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi dan segera pergi menuju tempat kerjanya.

Ketika sore sebelum Ardi pulang, istri Ardi dan anaknya sedang bermain di ruang tamu. Datanglah tukang bakso dan mangkal di sekitar rumah Ardi. Tukang bakso itu adalah langganan anak Ardi.
"Mama, dedek mau bakso!"
"Nanti ya, tunggu ayah pulang"
"Dedek maunya sekarang!"
Istri Ardi tak sanggup menjelaskan keadaan ekonominya pada sang buah hati. Ia terus menerus merengek pada ibunya. Sesekali ia mengintip dari balik kaca, melihat teman-temannya membeli bakso.
Harga 1 porsi bakso tujuh ribu, sedangkan uang yang dimiliki istri Ardi hanya lima ribu saja. Tak tega melihat anaknya merengek akhirnya uang itu digunakan untuk membeli bakso.

"Bang, beli baksonya lima ribu boleh? yang kecil aja gak apa-apa."
Tukang bakso memperbolehkan dan segera mungkin membuatkan baksonya untuk anak Ardi.
"Ini mbak baksonya!" Tukang bakso itu memberikan tiga plastik bakso dengan porsi yang penuh.
"Lho Bang! Aku hanya beli 5 ribu!"
"Iya, itu bonus buat mbak yang sudah lama langganan bakso saya"
"Makasih banyak ya bang"
Istri Ardi membawa bakso itu dan memberikannya seporsi untuk anak semata wayangnya. Tak lama, Ardi pulang.
"Yah, kebetulan sekali, kita dapet rejeki dari Abang tukang bakso, dikasih tiga bungkus padahal beli lima ribu, ayo bang kita makan bareng"
Suaminya terlihat bahagia melihat istrinya senyum2. Merekapun makan bakso hingga kenyang..
"Yah, aku udah gak pegang uang, bagaimana belanja besok?"
"Ayah, udah coba tagih Ari, tapi ayah malah dibentak, besok papa libur, nanti ayah tagih lagi ya mah." Ardi membelai lembut kepala sang istri.
Keesokan harinya, di meja makan hanya tersaji nasi dan kecap. Tak ada lagi uang untuk dibelanjakan. Sang anak menolak untuk makan. Istri Ardi hanya bisa menangis.
Ardi pun bergegas, melihat istri dan anaknya makan nasi dan kecap. Ia pergi ke tempat Ari dan menagihnya lagi.

"Ari, aku udah bener-bener gak ada uang buat makan"
Ari yang sedang minum kopi sama sekali tidak menjawab pertanyaan Ardi. Lalu ia masuk ke kamar, dan tidak lama kemudian ia keluar lagi dengan membawa uang.
"Nih, makan tuh uang!! Pinjem duit segitu aja ditagih terus, takut apa aku gak akan bayar?" Ari melempar uang pada Ardi. Empat lembar uang seratus ribuan jatuh di lantai.
Ardi memungutnya dan pergi pulang.
"Mah, Ari udah bayar, buruan belanja sana" Ardi memberikan uang pada istrinya tanpa menceritakan apa yang terjadi.
Istri Ardi bergegas pergi ke warung dan dijalan ia tidak sengaja berpapasan dengan Ari, Istri Ardi baru ingin menyapa Ari, akan tetapi Ari malah buang muka dan terlihat marah. Setelah belanja sang istri bercerita pada suami tentang apa yang dialaminya. Barulah Ardi menceritakan semuanya.

Hikmah yang dapat kita petik dati cerita pendek dia atas adalah :
Terkadang orang memberikan kita hutang bukan berarti dia orang yang kaya, dia hanya memposisikan dirinya jika dia menjadi orang yang berhutang yang sedang butuh uang.
Namun kebanyakan orang yang diberi hutang menyepelekan hal tersebut. Dan sudah bukan jadi rahasia umum jika yang berhutang memang lebih galak dari pada yang memberi hutang.

Kerja keras itu biasa,merasa cukup itu baru luar biasa. Orang dekat bisa jadi jauh, saudara sekalipun bisa menjauh dan tak menganggap gara2 ini. Semoga kita tidak tergolong orang-orang yang menyepelekan hutang ya, sekian dan terima kasih...^_^

Post a Comment for "Kisah Kehidupan Tentang Orang Yang Menyepelekan Hutang"